Lirih

Ada luka yang belum mampu sembuh dari sakitnya.
Ada senyum yang terpampang tapi nuraninya hancur.
Benteng raksasa yang kubangun sudah runtuh di hadapanmu, lantas apalagi yang perlu hancur?

Berkeping-keping semua yang ada padaku kau pecahkan.
Lalu, aku tak tahu bagaimana membuatnya kembali utuh.
Tapi seolah itu belum cukup kau injak juga pecahannya,
Harga diriku.

Perlukah raga ini meronta?
Perlukah jiwa ini ikut merana?
Mengingat semua yang aku perjuangkan lenyap tak tersisa.
Bagai rasa yang tersapu oleh kehampaan.

Topeng mana lagi yang harus kupasang, jika hanya mimik ini yang tersisa di raut wajahku.
Air mata mana lagi yang perlu kupinjam, jika peluhku pun sudah kering untuk menangisimu.

Lalu, di penghujung segalanya aku bertanya:
Jika pada akhirnya harus luka yang berkunjung untuk mengiba, kenapa dari awal tak kau hujam saja belati di dadaku?
Atau, kau hanya ingin membunuhku perlahan dengan cintamu yang palsu?

Komentar