Andaikan

Berpisah adalah ketiadaan yang nyata.

Luka, Lupa.
Pergi, Benci.
Lalu mati.

Lantas, apa yang akan kau harapkan jika kita bertemu (lagi) pada waktu tanpa sengaja?

Andaikan kau dan aku bertemu pada satu kesempatan. Bertemu tatap tanpa mampu mengelak dan berpaling dari pandangan, sebab di sana hanya ada kita. Berdua. Bertemu tanpa sengaja.

Apa yang akan kau katakan?
Tentang masa kelam yang pernah mematahkan kita.
Tentang luka-luka yang tak kunjung sembuh meski diobati oleh orang baru.
Tentang kenangan yang justru semakin melekat dalam ingatan.
Juga tentang kita.

Ketahuilah, bahwa menjadi orang kuat itu sangat sulit. Terlebih ketika itu di depanmu. Menahan untuk tidak menyapamu atau mungkin menolak untuk menatapmu, sejatinya itu tidaklah mudah.

Aku harus beradu pendapat dengan hati dan juga logika. Hatiku meraung, mataku menatap pilu, dan pikirku dipenuhi kamu.

Lalu apa yang kudapat setelah itu?
Kembali jatuh dan luluh lantak sebab ulahku sendiri.

Ketika hari itu terjadi, kau pasti tahu apa yang akan aku perbuat. Tentu saja aku tak menghiraukanmu.

Lebih tepatnya berusaha untuk mengabaikanmu, mengalihkan pandanganku dari tatapanmu. Bersikap dingin. Juga menjadi asing.

Sebelum kau melumpuhkan aku dengan racun yang kau tebar melalui senyum itu, aku akan berlalu secepat mungkin.
Beranjak gagah dari hadapanmu, lalu bersembunyi dibalik tirai. Mengusap air mata perih, kemudian kembali terlihat kuat layaknya wanita hebat diluar sana.

Kurasa kau pun sudah paham dengan sikapku itu.

Ah, aku hanya berandai beberapa waktu yang lalu.

Dan siang tadi, Tuhan bercanda lagi.

Kau dan aku bertemu, dan kejadiannya persis dalam khayalku.

Ini kebetulan? Atau memang Tuhan Maha bercanda?

Komentar