Sebaris Kekaguman

Aku tahu dan teramat tahu seperti apa aku di matamu, pun sekecil apa aku di kepalamu.

Tidak perlu menjelaskan secara detil tentang kedekatan kita pada orang-orang.

Yang hanya sebatas dekat namun tidak berhak memeluk erat.

Aku di sini. Kaupun sama. 
Kita saling memandang, saling tersenyum, namun hanya aku yang merasakan desiran itu.

Aku tenggelam pada percakapan konyol kita.
Hingga rasa itu mulai ada.
Sejak kapan? akupun tidak paham.

Jika mereka bertanya apa yang aku kagumi selain dari puisimu, Itu adalah senyummu.
Jika mereka bertanya apa yang aku sukai darimu selain suaramu melantunkan nyanyian rindu, Itu adalah tatapanmu.
Jika mereka bertanya apa yang paling membuatku jatuh selain cintamu, Itu adalah pesonamu.

Tidak perlu kau tahu, se-kaku apa jari-jari ini ketika hendak membalas pesanmu, dengan harapan percakapan itu akan terus berlanjut dan tidak berhenti di kamu.
Tidak perlu kau tahu, se-bahagia apa aku ketika membaca beberapa rangkaian puisimu yang kerap buatku senyum-senyum sendiri, walau aku tahu, jelas itu bukanlah kau tujukan padaku.
Tidak perlu kau tahu bagaimana otakku bekerja sedemikian kerasnya hanya untuk mencari topik pembicaraan, agar bisa menyapamu, tanpa buatmu berfikir bahwa aku sedang mencari perhatian.

Aku kagum. Tapi kamu jauh.

Aku cinta. Tapi kamu enggan.

Komentar